BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) 7 suku Teluk Bintuni Marthen Wersin menyinggung perihal penerimaan atau rekrutmen tenaga kerja lokal masyarakat adat Teluk Bintuni oleh BP LNG Tangguh. Pasalnya, pihak LMA sama sekali tidak mengetahui soal perekrutan tersebut.
Dirinya menyebut, selama ini tidak ada musyawarah adat antara pihak perusahaan dengan LMA, sehingga tidak ada transparansi dan fakta di lapangan tenaga kerja asli Bintuni tidak mendapat perhatian. Hal ini disampaikan oleh Marthen Wersin saat dijumpai di ruang kerja kantor LMA Teluk Bintuni, belum lama ini.
“Meskipun ada tenaga kerja asli Bintuni yang mendapat kesempatan kerja tetapi tidak banyak dan masih banyak tenaga kerja dari luar asli 7 suku,” ucap Wersin.
Ia lantas mempertanyakan berapa banyak karyawan asli Teluk Bintuni khususnya putra-putri dari 7 suku yang direkrut BP semenjak beroperasi di Bintuni. Menurutnya, sudah semestinya pihak perusahaan BP Tangguh memprioritaskan tenaga kerja lokal asli 7 suku daripada tenaga kerja Papua lainnya dan tenaga kerja non-Papua.
“Perihal tenaga kerja yang dipekerjakan harusnya ada laporan yang disampaikan kepada pihak LMA, agar ketika kami ditanyakan tentang jumlah karyawan asli 7 suku Teluk Bintuni, maka kami bisa jawab. Namun karena pihak LMA tidak mendapat laporan, maka saat ini kami pun tidak bisa menjelaskan secara terperinci jumlah anak asli Bintuni yang kerja di BP Tangguh,” katanya.
“Tidak hanya BP, hal ini seharusnya berlaku juga bagi semua perusahaan di Teluk Bintuni,” sambungnya.
Selain itu, Wersin menuturkan, LMA tidak pernah dilibatkan dalam proses rekrutmen tenaga kerja, dan hanya dilibatkan ketika ada masalah dengan masyarakat adat.
“Kita yang memiliki tugas di tengah masyarakat adat di Teluk Bintuni, sehingga kami bisa memberikan masukan berapa anak asli yang bisa direkrut bekerja di dalam perusahaan itu,” pungkasnya. (WRP)