MANOKWARI, JAGAMELANESIA.COM – Dua tahun sudah Pastor Neles Kebadabi Tebay telah wafat meninggalkan cita-citanya untuk Membangun Papua sebagai Tanah Damai. Cita-cita Pastor Neles Kebadabi telah menginisiasi berdirinya Jaringan Damai Papua (JDP) Pada tahun 2010.
Dalam perjalanannya, JDP menyadari bahwa sesungguhnya perdamaian sebagai tujuan dari gerakannya akan dapat tercapai apabila terdapat kesamaan pemahaman dan kesadaran semua pihak yang terlibat konflik di Papua.
“Semua pihak yang terlibat konflik sosial-politik di Tanah Papua agar dapat menerima konsep ‘Mari Kitorang Bicara Dulu’,” demikian disampaikan Juru Bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, SH kepada jagapapua.com, Minggu (18/4).
Menurut Warinussy, meminjam kata-kata dari Dr.Muridan S.Widjoyo dan Dr.Neles Kebadabi Tebay bahwa Dialog tidak membunuh siapapun. Sehingga jalan untuk mendudukkan masalah dan bersama-sama mencari jalan keluar penyelesaiannya adalah melalui dialog damai.
Warinussy mengatakan bahwa dialog damai dalam situasi saat ini meningkatnya ekskalasi kekerasan yang terus membawa korban pada pihak TNI/Polri, TPB/OPM atau sering disebut KKB atau KKSB bahkan terutama warga sipil di Tanah Papua.
“Ini semua membawa konsekuensi bahwa perlu adanya Jeda Kemanusiaan (Humanitarian Pause) yang semestinya disepakati oleh semua pihak yang bertikai di kawasan Pegunungan Tengah Papua dan sekitarnya. Apalagi dalam suasana Bulan Suci Ramadhan ini. Jeda kemanusiaan (humanitarian pause) menjadi satu langkah awal yang penting dipertimbangkan demi mengurangi hingga menghentikan konflik sosial politik di Tanah Papua saat ini,” ujar Warinussy.
Lebih lanjut, Warinussy menjelaskan bahwa jeda kemanusiaan (humanitarian pause) tersebut dapat menjadi suasana positif untuk memulai persiapan ke arah dilaksanakannya dialog damai yang menjadi cita-cita rakyat Papua secara mayoritas dan khususnya menjadi cita-cita JDP yang digagas oleh kedua pendekar yaitu Neles Tebay dan Muridan.S.Widjoyo. (WRP)