BerandaEkonomiHarga Kayu di Pasar Ekspor Memburuk, Masyarakat Adat Pemilik Hak Ulayat di...

Harga Kayu di Pasar Ekspor Memburuk, Masyarakat Adat Pemilik Hak Ulayat di Bintuni Merugi

BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Masyarakat adat pemilik hak ulayat di Bintuni, Papua Barat merasa dirugikan lantaran harga pasar ekspor kayu di Eropa dan Asia sedang memburuk, namun proses produksi dan pengiriman kayu masih terus berjalan. Hal ini disampaikan oleh Yakop Werbete, petuanan Marga Besar Werbete.

“Saya sangat dirugikan karena pasaran kayu lagi kurang sehat tapi produksi berjalan terus. Ini kan tidak adil, tidak baik. Perusahaan sudah tahu pasar lagi tidak bagus, tapi kayu-kayu saya terus ditebang dan dijual,” ujarnya kepada media ini, Jumat (30/6/2023).

Seharusnya pihak perusahaan bertanya dulu kepada kami pemilik, ‘bapa ini pasar lagi tidak bagus jadi bagaimana’. Tapi, ini kan tidak sama sekali, hutan saya ditebang untuk produksi,” sambungnya.

Yakob pun mendesak pemerintah untuk melakukan intervensi atas kondisi ini. Dirinya berharap melalui intervensi ini akan dapat memberikan pengaturan yang baik sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

“Harapan kami, pemerintah harus juga bisa melihat hal ini, negara sebesar Indonesia ini kan harusnya bisa melakukan intervensi terhadap pasaran ekspor impor khususnya pasaran kayu. Karena pihak perusahan sendiri kan sudah membayar pajak negara. Maka negara juga harus membantu kita terhadap iklim investasi hutan kayu agar lekas membaik. Tentunya ini juga akan berdampak baik bagi rakyat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Yakob berharap kondisi ini tidak berlangsung lama dan berlarut-larut. Dia mengharapkan agar harga jual kayu segera stabil dan masyarakat pemilik ulayat juga merasa adil dengan harga yang layak.

“Saya dalam waktu dekat akan bertemu dengan pemerintah, terutama pak Gubernur Papua Barat tolong berikan waktu kepada saya dengan rakyat bertemu untuk membahas hal ini,” ucap Yakob.

“Karena saya merasa bahwa ada ketidakseriusan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang sehat bagi kami daerah penghasil. Terutama dalam hal ini adalah harga kayu yang diberikan ini sangat rendah dan pasaran ekspor dan impor lagi tidak sehat, kok pemerintah biarkan hal ini berlarut-larut kepada kami sebagai daerah penghasil,” pungkasnya. (MW)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru