TERNATE, JAGAMELANESIA.COM – Kampus yang tidak lagi memberikan ruang ilmiah bagi mahasiswa, tentunya akan menimbulkan berbagai macam aksi demontrasi, karena mengaggap bahwa institusi tersebut terlalu Tirani.
Kondisi demikian kini tengah dirasakan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, pada Senin (5/4).
Aksi demonstrasi tersebut digelar atas dasar sistem pemilihan DEMA dan SEMA yang telah diatur secara online oleh pihak birokrasi kampus.
Koordinator lapangan, Suryono Ibrahim, saat ditemui tim Jagamelanesia.com, di tengah-tengah aksi mengutarakan, kampus tidak semestinya menutup ruang gerak mahasiswa. Menurutnya, kebijakan seperti itu sama halnya dengan menindas akal sehat.
“Kita masih saja menemukan dimana diskusi menggunakan fasilitas di kampus itu dilarang. Mimbar bebas juga dilarang, dengan alasan menggangu ketertiban kampus. Dan kita masih saja menemukan tindakan represif dari pihak kampus ketika mahasiswa melakukan aksi demonstrasi,” cetusnya.
Suryono mengatakan, dalam aksi tersebut ada beberapa tuntutan yang diajukan kepada pihak kampus diantaranya, meminta transparansi anggaran Ormawa, menolak penyalahgunaan leb bahasa, memperbaiki fasilitas kampus, kapitalisasi pendidikan dan stop interfensi TNI dan POLRI dalam kampus, serta menolak kuliah online.
“Saya menaruh harapan kepada seluruh HMJ se-IAIN Ternate, agar tetap mengawal pemilihan DEMA dan SEMA secara tatap muka. Karena DEMA dan SEMA merupakan sebuah wadah dan alat perjuangan politik yang memiliki kapasitas tertinggi untuk mewakili kepentingan atas keresahan mahasiswa didalam Universitas atau Institusi,” pungkasnya. (Ano)