BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Sejumlah masyarakat adat dan pemuda melakukan aksi pemalangan pada areal operasi produksi kayu bulat PT. Wijaya Sentosa. Salah seorang pemuda Kuri, Maikel Werbete mangatakan pemalangan dilakukan sebagai upaya untuk menyelamatkan hutan adat mereka.
“Demi menyelamatkan hutan, air dan tanah serta keberlangsungan ekosistem, kami pemuda dan para tokoh adat lainnya bersepakat untuk melakukan pemalangan. Pemalangan ini merupakan bentuk dari pernyataan masyarakat adat kepada pemerintah dan pihak perusahaan yang terus melakukan operasi kayu bulat dan merusak hutan adat kami,” ujarnya kepada awaka media, Jumat (31/5/2024).
“Beberapa kali kami masyarakat adat menyampaikan agar kita lakukan rembuk bersama dan libatkan kami masyarakat adat agar ada saran dari kami dalam mengelola hutan kami ini. Tetapi tetap saja diabaikan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Maikel menyampaikan bahwa masyarakat adat meminta peran serta dari pemerintah dan semua stakeholder terkait dalam rangka perlindungan dan menjaga kesinambungan ekosistem hayati di daerah mereka.
“Kami masyarakat berharap hutan yang menjadi rumah bagi kami masyarakat adat Kuriwamesa dapat terjaga dan terhindar dari rencana kerja tahunan RKT PT. Wijaya Sentosa yang saat ini beroperasi dan membuat hutan kami rusak. Sudah cukup, kami mohon kepada pemerintah hentikan rencana kerja tahunan PT. Wijaya Sentosa dan PT. Wukira Sari yang hari ini terus habisi hutan kami,” ujarnya.
“Hutan kami rusak akibat ekspolitasi hutan dari izin IPHHK tanpa melihat keberlangsungan hidup dari masyarakat adat. Sepertinya mereka ingin menghabiskan hutan adat kami merubahnya dari hutan primer ke hutan sekunder. Terlihat dengan merubah bentangan alam, erosi dan merusak kawasan-kawasan kosenvarsi tinggi lainnya yang dijaga turun-temurun. Kami ini hanya rakyat kecil butuh pemerintah hadir. Mari bersama kami suarakan, selamatkan hutan demi anak cucu nanti,” tambahnya.
Ia juga berharap kepada pegiat dan komunitas lingkungan untuk turut menyuarakan persoalan ini guna menyelamatkan hutan, air dan tanah serta kehidupan margasatwa. Maikel juga meminta kepada pemerintah agar menghentikan produksi PT. Wijaya Sentosa sementara waktu dan menyelesaikan permasalahan terlebih dahulu.
“Kita harus duduk bicara kembali. Kami berharap pemerintah selesaikan sejumlah limbah kayu yang berhamburan di lokasi penebangan kayu dan libatkan masyarakat adat dalam setiap proses dan permasalahan investasi,” tutupnya. (MW)