PAPUA, JAGAMELANESIA.COM – Sebagian besar wilayah di Indonesia bersiap menghadapi fenomena cuaca El Nino yang memasuki awal puncaknya pada Agustus 2023 ini. Fenomena El Nino mengakibatkan terjadinya kekeringan atau kemarau panjang di sejumlah daerah.
Di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, sebanyak 6 warga di Distrik Lambewi dan Agandugume dilaporkan meninggal dunia akibat kelaparan lantaran kekeringan yang melanda mengakibatkan masyarakat gagal panen.
Terkait kondisi cuaca ini, Kepala Stasiun Klimatologi BMKG wilayah V Jayapura Sulaiman mengakui, dampak El Nino saat ini mulai terasa dengan meningkatnya suhu udara di sejumlah wilayah di Papua.
“Memang benar saat ini mulai terasa meningkatnya suhu udara di sejumlah wilayah di Papua, walaupun kenaikan itu belum mencapai angkat tertinggi. Saat ini suhu udara berkisar 33-35 derajat Celsius,” kata Sulaiman di Jayapura, dikutip dari Antara, Selasa (2/8/2023).
Dia juga menyebutkan sejumlah daerah di Papua yang akan mengalami kemarau akibat dari El Nino. Meskipun begitu, menurutnya, hujan lokal masih sering terjadi yang disebabkan madden julian oscilation (MJO) berada pada fase yang kering dan tidak ada hujan, kalaupun terjadi hujan hanya bersifat lokal.
“Untuk di Provinsi Papua wilayah yang akan mengalami dampak kemarau atau kekeringan adalah Jayapura, Papua Pegunungan dan Papua Tengah,” kata Sulaiman.
Lebih lanjut, Sulaiman mengatakan, kondisi cuaca yang dipengaruhi El Nino diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun dan musim kemarau puncaknya diantara bulan Agustus-September dan masuk monsun barat yang merupakan penentu musim hujan di bulan November.
“Nanti akan saling mengurai kekuatan El Nino dengan monsun barat. Kami akan terus memonitor perkembangan perubahan cuaca ini, ” jelasnya.
Terpisah, BMKG juga menyebutkan salah satu kabupaten yang diperkirakan tidak terdampak El Nino. Kepala BPBD Mimika Yosias Lossu di Timika, Rabu (1/8/2023), mengatakan kabupaten Mimika termasuk wilayah terbasah karena memiliki tingkat curah hujan yang tinggi dalam setiap tahun.
“Ketika daerah lain mulai mengalami kemarau akibat El Nino, kami di Mimika sedang berada pada puncak musim hujan,” katanya.
Ia menyebut, pada bulan Agustus di Mimika justru merupakan puncak musim hujan. Meski begitu, cuaca di Mimika sulit ditebak sehingga pihaknya juga menyiapkan langkah antisipatif terhadap potensi cuaca yang dapat berubah.
“Pada Juni, Juli, dan Agustus, merupakan puncak dari musim hujan di Mimika. Jadi pada tiga bulan ini udara dan suhu menjadi dingin karena sering hujan. Sedangkan untuk bulan lainnya dalam setahun ini, tetap diguyur hujan hanya saja tidak seperti tiga bulan puncak musim hujan ini,” kata Yosias Lossu.
Sementara itu, Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin hari ini, Selasa (2/8/2023) mengundang Menko Polhukam Mahfud Md, Panglima TNI Laksamana Yudi Margono, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto hingga Kepala Bulog Budi Waseso untuk menghadiri rapat dan membahas masalah kelaparan di Papua Tengah.
“Ini sebagai tindak lanjut perintah Presiden agar peristiwa di Papua Tengah itu cepat teratasi. Peristiwa kekeringan atau kemarau panjang telah menyebabkan sejumlah tanaman yang menjadi makanan pokok seperti umbi-umbian gagal panen di Distrik Lambewi, Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah,” kata Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi, dalam keterangannya, Rabu (2/8/2023).
“Menurut laporan pemerintah setempat, inilah antara lain yang menjadi sebab terjadinya kelaparan di sana. Wakil Presiden Republik Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin menggelar Rapat Internal fokus membahas percepatan penanganan dampak dari kekeringan tersebut,” sambungnya.
Dalam rapat itu disebutkan juga akan membahas dan mengoordinasikan upaya percepatan penanganan bencana kekeringan dan kelaparan yang melanda Papua Tengah serta mengantisipasi agar peristiwa serupa tidak terjadi di daerah lain. (UWR)