PEGAF, JAGAMELANESIA.COM – Bupati Pegunungan (Pegaf) Arfak Yosias Saroy mengaku optimistis dapat menurunkan angka stunting dan kemiskinan ekstrem di daerahnya. Untuk melakukan hal itu, Bupati Pegaf akan memaksimalkan pendekatan adat, agama dan keluarga.
“Situasi di Pegaf berbeda dengan daerah lain di Papua Barat, maka untuk menurunkan angka stunting terhadap balita dan anak agar generasi masyarakat Arfak tetap sehat jasmani dan rohani bagi penduduk asli Papua di Pegaf, maka kita akan menggunakan pola pendekatan adat istiadat dan pendekatan agama,” kata Yosias kepada media ini, Kamis pekan lalu di Manokwari.
Menurutnya, ketiga pendekatan ini penting untuk dimaksimalkan lantaran masyarakat di Pegaf masih kental dengan adat dan agama. Oleh sebab itu, pemerintah harus menyesuaikannya melalui berbagai program agar upaya penurunan kasus ini berjalan dengan lancar.
“Pemerintah berniat baik untuk mencegah dampak kesehatan kurang gizi kepada balita dan usia anak agar tetap sehat sesuai harapan pemerintah, namun ketika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keberadaan adat di Pegaf, maka bisa menimbulkan masalah, dan bisa saja pemerintah yang dituntut secara adat. Maka hal semacam ini kita harus lakukan secara pendekatan keluarga, adat dan agama” ujar dia.
Yosias menambahkan bahwa berdasarkan pendataan pemprov Papua Barat, kasus stunting Pegaf menjadi yang tertinggi dan pada tahun 2022 lalu dan tercatat sebagai wilayah dengan prevelansi balita stunting tertinggi di Papua Barat, yaitu mencapai 51,5 persen. Angka balita stunting di kabupaten ini juga disebutkan melontak drastis dari tahun sebelumnya yakni sebesar 40 persen.
Seperti diketahui, berdasarkan data WHO (2015), stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Kasus stunting ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kualitas generasi Papua di masa depan. (WRP)