BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Miryam Waney menyinggung keberadaan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dan CSR BP LNG Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni. Menurutnya, baik DBH Migas maupun CSR sudah seharusnya berdampak signifikan terhadap kondisi masyarakat ring I LNG Tangguh tersebut.
“Kami semua tahu BP Tanguh kurang lebih 14 tahun lamanya telah beroperasi di Teluk Bintuni tepatnya di Weriagar, Sumuri, yakni saudara-saudara kita di dalam satu noken Sisarmatiti ini. Tapi jujur saja saya lihat BP tidak menunjukkan keseriusannya kepada kami 7 suku,” ucapnya kepada media ini, Minggu (18/6/2023).
Miryam menekankan bahwa sudah semestinya alokasi CSR dari perusahaan besar migas itu menyentuh langsung kebutuhan masyarakat terdampak, terutama terkait kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat yang hari ini masih berjuang untuk dapat memenuhinya.
“Operasi BP tangguh ini kan ada namanya dana kelola sosial atau saat ini dibilang CSR, ini kan peruntukannya kepada semua orang yang kena secara langsung atau terkena dampak, seperti kami juga sebagai bagian dari daerah terdampak di pesisir teluk ini akibat eksploitasi minyak dan gas. Maka sesuai aturannya, paling tidak 10 % DBH Migas kepada daerah terdampak juga harus terasa,” katanya.
Ia pun berharap, alokasi dana tersebut juga dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan-keburuhan mendasar dari masyarakat Idoor terutama tentang layanan pendidikan.
“Tapi juga, jika ada yang mungkin langsung kepada pemerintah saya berharap bisa diperuntukkan melalui kebijakan afirmasi dan program-program yang dialokasikan kepada sektor pendidikan sehingga berdampak pada daerah-daerah terdampak seperti salah satunya yakni kampung Idoor, distrik Wamesa,” tutupnya. (MW)
