BALI, JAGAMELANESIA.COM – Sejumlah mahasiswa Papua melakukan aksi demonstrasi terkait penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Rabu (16/11/2022). Aksi mahasiswa ini terekam dalam sejumlah video yang beredar di media sosial, salah satunya terekam dalam video yang dibagikan Veronica Koman melalui akun Twitter pribadinya, Rabu (16/11).
Dalam unggahannya, Veronica Koman menyebut demonstrasi mahasiswa bertujuan untuk memprotes penyelenggaraan KTT G20 sekaligus juga menyuarakan kemerdekaan Papua Barat.
“Para mahasiswa memprotes, sebagai tanggapan terhadap KTT G20 dan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri,” tulis Veronica Koman.
Veronica juga menyebut, aksi mahasiswa Papua itu mendapat perlawanan dari aparat TNI-Polri dan Pecalang yang merupakan perangkat keamanan desa di Bali. Ia juga membagikan video lain yang ditulisnya sebagai momen saat mahasiswa diblokade dan diserang.
“Mahasiswa Papua Barat dibubarkan paksa dan diserang oleh Polisi, TNI, dan keamanan desa Pecalang,” kata Veronica.
Selain itu, Veronica menuliskan bahwa para mahasiswa Papua ini berencana untuk melakukan demonstrasi secara damai. Akan tetapi mendapat perlawanan dari aparat keamanan setempat.
Sementara itu, Bendesa Desa Adat Renon I Wayan Suarta, menyampaikan kronologi kejadian pecahnya kericuhan dengan mahasiswa Papua yang memprotes adanya agenda G20 di Bali.
“Saya selaku Jero bendesa desa adat Renon, kebetulan didampingi oleh kuasa hukum juga dan terus oleh Babinsa, babinkamtibnas Bapak Lurah juga hadir di sini dan saya sendiri memastikan bahwa apa yang telah terjadi tadi insiden,” kata I Wayan Suarta dalam pernyataannya, Rabu (16/11/2022).
I Wayan Suarta menjelaskan, saat kejadian pihak Bendesa Desa Adat Renon bermaksud untuk memediasi mahasiswa untuk tidak melakukan demonstrasi. Upaya mediasi itu dilakukan untuk melindungi warga setempat dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pihaknya mengaku khawatir apabila demonstrasi ini selanjutnya akan memicu demonstrasi lanjutan atau tandingan untuk mencegah adanya bentrokan yang lebih luas lagi.
“Kami dari masyarakat di sini khususnya kami dari pucuk pimpinan merasa juga berwajib untuk mengamankan dan melindungi daripada warga kami di sini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,” ungkapnya.
“Oleh karena itu kami coba tadi untuk memediasi agar adik-adik kita mahasiswa, tidak melakukan aksinya karena kami takut nanti kalau melakukan aksi, nanti pasti ada akan aksi-aksi tandingan yang lainnya, yang barang tentu akan menjadi bentrok yang lebih luas lagi,” imbuh I Wayan Suarta.
Akan tetapi, kericuhan akhirnya tak terhindarkan. I Wayan Suarta mengatakan dirinya selaku selaku pucuk pimpinan juga mengalami luka di kepala bagian kanan akibat terkena lemparan batu dan juga terkena pukulan di bagian pipi.
Di sisi lain, pihak kepolisian yakni Kabid Humas Polda Bali Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto mengaku polisi tidak menerima pemberitahuan terkait rencana aksi demonstrasi yang digelar oleh kelompok mahasiswa tersebut.
“Saya belum tahu kejadiannya. Mereka tidak membuat surat pemberitahuan aksi. Kalau ada surat pemberitahuan kan kita bisa memberikan pengamanan,” kata Satake dikutip dari CNNIndonesia.com.
“Diperkirakan itu di daerah Renon, Denpasar, kalau tidak salah, tapi nanti saya cek lagi. Nanti bakal ditengahi,” katanya. (UWR)