MANOKWARI, JAGAMELANESIA.COM – Ungkapan JAS MERAH terdengar tak asing dalam ingatan dan melekat erat dengan perguruan tinggi STIH Manokwari. Selain merah merupakan warna jas almamater STIH Manokwari, namun Jas Merah ternyata memiliki filosofi tersendiri yang merepresentasikan identitas, eksistensi serta kebanggaan STIH Manokwari di tanah Papua.
Pace Jas Merah yakni Ketua STIH Manokwari Dr. Filep Wamafma SH., MHum menyampaikan arti penting Jas Merah yang merupakan singkatan dari ‘Jangan sekali-kali melupakan sejarah’. Menurut Filep, Jas Merah mengungkapkan ‘tapak tilas’ STIH manokwari sebagai pelaku sejarah dalam rentetan peristiwa dan keputusan penting sejarah tanah Papua.
“Yang pertama, Jas Merah bukan partai politik. Saya ingatkan bahwa 6 tahun setelah Pepera pada 1969 saat rakyat Papua menentukan nasib sendiri masuk dalam NKRI, tepat pada tanggal 17 Februari 1975 STIH Manokwari hadir di tanah Papua ini,” ungkap Filep saat memberikan sambutan pada acara Penyambutan Mahasiswa Baru STIH Manokwari tahun akademik 2022/2023, Jumat (12/8/2022).
Filep menyampaikan, dalam sejarahnya STIH Manokwari bersama Universitas Cenderawasih dan STT GKI saat itu merupakan pilar pertama eksistensi NKRI ada di Papua. Ia menuturkan STIH Manokwari bersama dengan Universitas Cenderawasih dan perguruan tinggi lainnya memperjuangkan aspirasi rakyat Papua masuk dalam Tim 100 bertemu dengan Presiden B. J. Habibie di istana negara.
“Yang kedua, tahun 1998-2000 terjadi pergolakan besar-besaran di tanah Papua ini, pro-kontra tentang kemerdekaan Papua yang ingin pisah dari NKRI di seantero tanah Papua, saat itu STIH Manokwari hadir sebagai perguruan tinggi yang mengakomodir semua kepentingan rakyat Papua bertemu dengan Presiden Habibie, yang mana di kabupaten Manokwari belum berdiri provinsi Irian Jaya pada waktu itu,” jelasnya.
Selanjutnya, sejarah yang ketiga, Filep menerangkan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIH Manokwari juga terlibat aktif dalam Tim 315 terkait pembentukan provinsi Irian Jaya Barat. Hingga setelah itu kebijakan Otonomi Khusus (Otsus) lahir di tahun 2001 dan Irian Jaya Barat sekarang menjadi provinsi Papua Barat.
Tecatat dalam sejarah, pada tahun 2002, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili Tim 315, pemekaran Irian Jaya Barat kembali diaktifkan berdasarkan Inpres Nomor I Tahun 2003 yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 27 Januari 2003. Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk dirinya menjadi provinsi definitif. Dan sejak tanggal 18 April 2007 berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat, berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2007.
Tak berhenti di situ, di era pasca reformasi, Filep mengatakan, peran STIH Manokwari justru lebih besar. STIH Manokwari memiliki peran yang luar biasa dalam kebijakan NKRI diantaranya yakni perumusan RUU Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat. Filep Wamafma selaku anggota DPD RI dapil Papua Barat dan juga Ketua STIH hadir sebagai ketua tim RUU Otsus DPD RI.
“Saya mau bilang, hari ini 2,25 persen dana Otsus ke provinsi Papua dan Papua Barat bukan diusulkan oleh daerah tapi itu adalah hasil kesepakatan dalam rapat kerja dengan pemerintah, DPR RI dan DPD RI. Jadi STIH Manokwari berperan karena konsep itu kita susun di kampus dulu kemudian dikomunikasikan dengan pemerintah hingga akhirnya menghasilkan suatu produk hukum UU itu jadi,” ungkap Filep yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua I Komite I DPD RI.
“Pak Robert Kardinal punya peran besar mendorong sama-sama konsep kita dan kemudian jadi. Sehingga kita punya andil besar dalam RUU Otsus. Sekarang dana Otsus dari pusat langsung ke kabupaten/kota, kita juga yang bikin itu.
Selain itu, Filep Wamafma juga turut menandatangani pemekaran 3 provinsi baru di Papua yaitu Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan. Kemudian, yang terakhir adalah pemekaran Papua Barat Daya yang saat ini Surat Presiden telah diterima DPR RI dan akan disahkan pada masa sidang selanjutnya. (UWR)