BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Masyarakat di hulu sungai Naramasa, Distrik Kuri, Kabupaten Teluk Bintuni dikenal memiliki aktivitas sehari-hari berkebun dan berburu. David Revideso adalah salah satunya. Bersama rekan-rekannya, David nampak sedang berburu dan meramu di sekitar perbukitan hulu sungai Naramasa.
“Bulan ini kami khususnya masyarakat Suku Kuri menyiapkan jubi atau anak panah (wakbop). Kami mengumpulkan wakbop ini dan kami akan meramunya menjadi sebuah anak panah yang baik untuk berburu,” ujarnya, Jumat (5/8/2022).
“Karena bulan ini rusa dan babi hutan semakin banyak makan biji-bijian dari buah gomo hutan dan kulit pohon kayu besi serta sagu di pesisir sungai Naramasa. Makanya bapak hari ini sedang memotong gelagar (wakbop) untuk buat panah,” sambungnya.
David juga mengatakan, berburu menjadi kehidupannya. Daging hasil buruan itu dibuatnya menjadi dendeng untuk dijual dan untuk dimakan sendiri. Hasil jualan itu juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk membiayai anak sekolah.
Dalam kesempatan itu, David menyebut ia juga mendapat bantuan pemerintah. Namun, ia harus menempuh perjalanan jauh dan membutuhkan biaya jauh lebih besar daripada bantuan yang diterimanya.
“Kalau bantuan dari pemerintah untuk kami di kampung bapak dengan mama dapat dari pemerintah. Kitorang pergi ke Kota Bintuni ke bank untuk terima bantuan itu. Bapak dapat Rp. 1.000.000,- tapi kalau bapak ini ke Bintuni itu saja beli BBM di kampung harganya perliter Rp. 20.000,- sedangkan pulang pergi Kampung Naramasa-Kota Bintuni saya gunakan bahan bakar 80 liter. Jadi bapak rasa sama saja lebih baik tidak usah karena transportasi lebih besar dari bantuan yang bapak terima,” ujarnya.
“Jadi biar sudah. Kalau macam orang bank datang langsung antar ke kitorang di kampung boleh mungkin kita bisa terima langsung tunai,” tambahnya. (MW)
