BerandaDaerahTingginya HIV AIDS di Tolikara, KPA Tolikara Sebut Budaya Seks Bebas Jadi...

Tingginya HIV AIDS di Tolikara, KPA Tolikara Sebut Budaya Seks Bebas Jadi Penyebab Utama

JAYAPURA, JAGAMELANESIA.COM – Memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia, Sekretaris KPA Kabupaten Tolikara, Ariyanto Kogoya berharap agar jajarannya terus mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga diri dari penyakit menular HIV AIDS yang angkanya masih cukup tinggi.

“Kita jangan lupakan atau abaikan pentingnya sosialisasi informasi mengenai bahaya dan upaya pencegahan HIV/AIDS yang masuk dalam penyakit menular yang perlu ditingkatkan. Hal itu agar  HIV/AIDS tidak lagi menjadi ancaman kesehatan masyarakat dan demi mengejar dan mempercepat kemajuan Langkah menuju ending AIDS ditahun 2030.” Katanya menyampaikan saat diwawancarai pada Rabu (1/12/2021).

Ariyanto mengatakan bahwa ditahun 2019, KPA telah melakukan tindakan pencegahan, yaitu penyuluhan, sosialisasi ke masyarakat terutama ke gereja-gereja, para pemuda, sekolah, dan juga ke sejumlah komunitas sehingga memudahkan KPA untuk menyampaikan informasi bahaya HIV/AIDS dan bagaimana pencegahannya hingga pengobatannya.

Namun di tahun 2020, sejak pandemi covid-19, Ariyanto mengatakan KPA Tolikara  tidak lagi melakukan penyuluhan dikarenakan anggaran dialihkan untuk penanganan covid-19. Sehingga kedepan KPA berharap hal ini dapat menjadi perhatian bagi pemerintah daerah.

“Kami minta perhatian khusus dari pemerintah daerah dalam hal pembiayaan. Dimana kita tahu, didaerah gunung itu geografisnya, tantangan pelayanannya, sangat membutuhkan dana yang besar untuk melakukan sebuah kegiatan. Seperti transpor, honor teman-teman biasanya kurang lebih 10 orang, kemudian ada juga  tim medis dan dokter, ini semua harus dibiayai. Jadi kami KPA Kabupaten Tolikara membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah.” ujarnya.

Dikatakannya, jumlah kumulatif berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi Papua per 30 September 2021, Kabupaten berbasis penduduk Orang Asli Papua menunjukan angka inveksi HIV yang cukup memprihatinkan. Untuk Kabupaten Tolikara 1.062 kasus. Dan berdasarkan data yang ada, virus ini lebih subur tumbuh di anak-anak usia muda, usia produktif. Tangkasnya.

Sementara itu, Ariyanto mengapresiasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tolikara, terlebih khusus Tim VCTV yang menangani perawatan pengobatan dan pemeriksaan pasien HIV/AIDS. Tim tersebut, walaupun disituasi pandemi covid-19 masih memberikan layanan ARV kepada masyarakat umum. Namun dirinya menjelaskan, ada beberapa kendala yang dihadapi KPA, yaitu adanya pasien HIV yang tidak mengambil obat secara rutin dan pasien yang menolak untuk diobati. “Mungkin karena putus asa, atau sudah malas ambil obat. Ini kendala-kendala yang Kami hadapi.” ucapnya.

“Ya jadi kami biasa lakukan penyuluhan, sosialisasi. Ada yang dengan sadar, Ketika menyadari perilaku bebas yang dilakukannya, datang sendiri memeriksakan dirinya tanpa paksaan.  Itu ada, bagus seperti itu. Namun Ada juga yang tidak mau membuka diri, minder, atau kita datangi namun ditolak untuk berobat. Ini kendala-kendala yang kita KPA, juga dinas kesehatan hadapi. Sehingga kami tekankan pentingnya sosialisasi, penyuluhan tentang bahaya HIV/AIDS, sehingga masyarakat dengan sadar, dapat membuka diri, tanpa malu, dapat datang memeriksakan diri.” Tandasnya.

Ariyanto menambahkan ada beberapa hal yang dilarang oleh gereja diharapkan tidak dilakukan lagi yakni budaya atau tradisi tukar gelang.

“Kami khawatirkan bahaya dari tradisi tukar gelang, yang mana kalau ada acara besar, biasanya 2 atau lebih dari 3 lawan jenis didalam satu honai. Kemudian setelah terjadi tukar gelang, dapat pasangan tetapi pada akhirnya kan belum tentu menikah. Ini bahaya yang dilarang oleh gereja. Kami harap guru-guru juga dapat memberikan sosialisasi kepada siswa siswi di sekolah-sekolah tentang bahaya HIV/AIDS. Sehingga dari dini perilaku bebas dapat dihindari.” Urainya lagi.

“Jadi budaya tukar gelang yang dilarang oleh gereja kami minta itu dihentikan. Kami minta hamba-hamba Tuhan secara iman, secara firman Tuhan dapat kampanyekan bahaya ini kepada masyarakat.”

Upaya yang dilakukan KPA Kabupaten Tolikara mulai dari penyuluhan, sosialisasi, pengobatan sudah dilakukan dan akan terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS. Selain juga terus memberikan dukungan bagi ODHA, dan mendorong terbukanya akses layanan kesehatan, hindari perilaku bebas dan setia pada satu pasangan. (LR)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru